GENGGAM BUDAYA
DALAM DIRI GENERASI BANGSA
(Oleh: Danang Firmanto)
Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur. Memiliki keragaman budaya
yang tersebar di pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian, adat-istiadat
hingga makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran jika
begitu banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak
mengetahui apa saja budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun
sebagai generasi muda terkadang melupakan budaya daerah kita. Ironis
memang, orang Indonesia tetapi tak tahu ciri khas bangsanya sendiri.
Lihat diri kita masing-masing, sebetulnya kita jugalah yang tidak mau
tahu akan keluhuran budaya sendiri. Ketertarikan budaya yang semakin
meluntur juga sangat nampak pada diri generasi muda saat ini. Salah
satunya karena globalisasi.
Menyinggung era globalisasi, tentu juga akan berpengaruh pada dinamika
budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal ini bisa dirasakan
dan sangat menonjol nampaknya. Begitu bebas budaya yang masuk dari
berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat mendukung
masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita yang
terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya
budaya dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya
budaya berpakaian, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun
adat-istiadat. Kesemua itu berdampak sangat buruk dan dengan mudah dapat
menggeser budaya asli Indonesia.
Kita sebenarnya belum siap menerima era globalisasi. Gaya hidup kita
semakin menjurus ke arah barat yang individual dan liberal. Budaya
gotong-royong pun semakin memudar. Dari segi iptek, sebagian besar juga
berdampak buruk bagi kita. Yakni penyalahgunaan teknologi kerap kali
terjadi. Kemudian, belum ada filterisasi budaya yang masuk. Begitu mudah
budaya masuk tanpa ada penyaringan kesesuaian dengan budaya asli kita.
Akibatnya kita seperti berjalan mengikuti perkembangan zaman yang
semakin modern. Tetapi sayangnya budaya luhur yang dulu melekat dalam
diri, perlahan semakin menghilang. Parahnya, budaya daerah yang ada dan
kita junjung tinggi justru semakin kita abaikan.
Dampak yang paling buruk terjadi ialah hilangnya budaya-budaya yang
menjadi ciri khas di beberapa daerah. Bahkan terjadi pencurian atau
sering kita dengar pengklaiman budaya nasional oleh negara lain. Sungguh
disayangkan hal itu bisa dialami bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini
negara tetangga kita mengklaim begitu banyak budaya dari Indonesia. Bisa
kita ambil contoh, batik, reog ponorogo, masakan rendang dari Sumatra
Barat, kuda lumping, lagu rasa sayange, alat musik angklung, gamelan
dari Jawa serta tari piring. Sampai yang terkini adalah tari pendet dari
Bali, dan masih banyak lagi. Ini semakin menunjukkan bahwa kita lemah
dalam menjaga jati diri dan mudah kecolongan oleh negara lain.
Selain akibat dari globalisasi yang tersebut di atas, ada beberapa hal yang menyebabkan klaim budaya itu terjadi diantaranya.
Kesadaran generasi muda yang kurang akan pentingnya budaya. Untuk
mempertahankan budaya memang sangat dibutuhkan kesadaran yang kuat.
Tidak hanya mengakui tetapi harus ikut serta dalam pelestarian budaya.
Dari kesadaran itulah akan muncul upaya-upaya menjaga, melindungi budaya
asli daerah sehingga akan tetap utuh. Sehingga, tidak mungkin akan
diakui negara lain.
Perpindahan penduduk juga menyebabkan banyak budaya kita yang diakui
negara lain. Saat ini banyak penduduk Indonesia yang bekerja di luar
negeri. Bahkan banyak pula yang telah menetap di sana menjadi warga
negara tempat ia tinggal. Perpindahan tersebut tidak menutup kemungkinan
akan diikuti perpindahan budaya. Budaya-budaya dari Indonesia pasti ada
yang diterapkan di negara lain tempat mereka bekerja. Inilah yang
menyebabkan keinginan negara lain untuk mengakui budaya Indonesia.
Karena mereka menganggap budaya itu sudah biasa mereka lihat di
negaranya.
Penyebab lainnya, pemerintah kurang perhatian pada budaya nasional.
Buktinya, salah satu kesenian dari Jawa Timur yaitu Reog Ponorogo sempat
menjadi perdebatan kepemilikan dengan pihak Malaysia. Padahal dari
namanya saja sudah jelas bahwa itu milik Indonesia. Sebenarnya hal itu
bisa disiasati dengan mendaftarkan hak cipta budaya. Supaya dunia
internasional mengakui atas
kememilikan budaya Indonesia. Kemudian, kurangnya sarana untuk
menampilkan budaya asli Indonesia kepada masyarakat luas. Ini bukan
masalah yang kecil, melainkan masalah yang menyangkut ciri khas bangsa
kita. Harus segera diatasi, agar tidak ada lagi budaya kita yang diambil
pihak luar.
Sebagai seorang pelajar, ada satu cara untuk mempertahankan dan
melestarikan budaya kita. Yaitu memanfaatkan teknologi informasi yang
semakin berkembang pesat. Perkembangan teknologi informasi seperti
internet, handphone, radio maupun televisi, merupakan sarana yang paling
efektif dalam upaya pengenalan seluruh budaya Indonesia pada masyarakat
luas khususnya pelajar. Sekaligus sebagai upaya mempertahankan budaya
kita dari ancaman pengakuan budaya oleh negara lain.
Sebagian besar generasi muda di Indonesia sudah pasti mengenal apa itu
internet. Untuk mengaksesnya pun tidak terlalu rumit. Internet ini
merupakan teknologi informasi yang menjadi sasaran utama bagi generasi
muda. Tidak ada salahnya jika budaya Indonesia dikenalkan melalui
internet. Sebuah hal yang nantinya menarik perhatian kaum muda untuk
mempunyai rasa ingin tahu terhadap budaya sendiri. Kita bisa mengenal
budaya-budaya Indonesia lewat internet. Dengan adanya internet, berarti
terbuka satu langkah untuk mempertahankan budaya Indonesia. Tentunya
harus ada tindak lanjut dari pemerintah. Pemerintah harus segera
menggencarkan sosialisasi budaya melalui internet. Bisa dilakukan dengan
cara membuat alamat khusus untuk mengupas budaya yang ada di Indonesia.
Sehingga generasi muda Indonesia benar-benar mengetahui apa saja budaya
yang dimiliki.